Bangleboy - Islam melarang mengusir anak-anak
keluar masjid. Islam justru mewajibkan umatnya membiasakan anak-anak
datang ke masjid untuk belajar shalat, belajar membaca Al-Quran
Banyak
pengurus masjid tidak sabar menghadapi anak-anak kecil yang lalu-lalang
keberadaannya di masjid. Tidak sedikit diantara mereka justru mengusir
mereka keluar masjid, atau menempatkan di shaf paling belakang agar
tidak mengganggu jamaah yang lain.
Padahal,
nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallamjustru berinteraksi
dengan anak-anak di masjid saat shalat. Perlakuan Rasulullah ini sangat
berbeda jauh dengan kenyataan yang dilakukan oleh sebahagian oknum
Muslim terhadap anak-anak yang suka bermain di masjid.
Berikut
beberapa kasus penanganan yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassallam pada anak-anak di masjid. Tulisan ini diambil dari
Judul Asli طرد الأطفال من المسجد بحجة التشويش على المصلين dari laman
http://ar.islamway.net yang diterjemahkan Kivlein Muhammad.
Tulisan ini diharapkan sebagai pelajaran, agar kita dapat meneladani baginda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Pertama,
adalah Sahabat Nabi yang bernama Syaddad ra meriwayatkan, bahwa
Rasulullah datang – ke masjid- mau shalat Isya atau Zuhur atau Asar
sambil membawa -salah satu cucunya- Hasan atau Husein, lalu Nabi maju
kedepan untuk mengimami shalat dan meletakkan cucunya di sampingnya,
kemudian nabi mengangkat takbiratul ihram memukai shalat. Pada saat
sujud, Nabi sujudnya sangat lama dan tidak biasanya, maka saya diam-diam
mengangkat kepala saya untuk melihat apa gerangan yang terjadi, dan
benar saja, saya melihat cucu nabi sedang menunggangi belakang nabi
yang sedang bersujud, setelah melihat kejadian itu saya kembali sujud
bersama makmum lainnya. Ketika selesai shalat, orang-orang sibuk
bertanya, “wahai Rasulullah, baginda sujud sangat lama sekali tadi,
sehingga kami sempat mengira telah terjadi apa-apa atau baginda sedang
menerima wahyu”. Rasulullah menjawab, “tidak, tidak, tidak terjadi
apa-apa, cuma tadi cucuku mengendaraiku, dan saya tidak mau
memburu-burunya sampai dia menyelesaikan mainnya dengan sendirinya.”
(HR: Nasa’i dan Hakim)
عن
شداد رضي الله عنه قال: خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم في إحدى
صلاتي العشي الظهر أو العصر وهو حامل حسناً أو حسيناً، فتقدم النبي صلى
الله عليه وسلم فوضعه عند قدمه ثم كبر للصلاة، فصلى، فسجد سجدة أطالها!!
قال: فرفعت رأسي من بين الناس، فإذا الصبي على ظهر رسول الله صلى الله عليه
وسلم وهو ساجد! فرجعت إلى سجودي، فلما قضى رسول الله صلى الله عليه وسلم
الصلاة، قال الناس: يا رسول الله إنك سجدت سجدة أطلتها حتى ظننا أنه قد حدث
أمر أو أنه يوحى إليك؟ قال: “كل ذلك لم يكن، ولكن ابني ارتحلني، فكرهت أن
أعجله حتى يقضي حاجته” (رواه النسائي والحاكم وصححه ووافقه الذهبي)
Kedua,
Abdullah Bin Buraidah meriwayatkan dari ayahandanya: Rasulullah sedang
berkhutbah -di mimbar masjid- lalu -kedua cucunya- Hasan dan Husein
datang -bermain-main ke masjid- dengan menggunakan kemeja kembar merah
dan berjalan dengan sempoyongan jatuh bangun- karena memang masih
bayi-, lalu Rasulullah turun dari mimbar masjid dan mengambil kedua
cucunya itu dan membawanya naik ke mimbar kembali, lalu Rasulullah
berkata, “Maha Benar Allah, bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah,
kalau sudah melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa sabar.” Lalu
Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya. (HR: Abu Daud)
وعن
عبد الله بن بريدة عن أبيه رضي الله عنه قال: خطبنا رسول الله صلى الله
عليه وسلم، فأقبل الحسن والحسين رضي الله عنهما عليهما قميصان أحمران
يعثران ويقومان، فنزل فأخذهما فصعد بهما المنبر، ثم قال: “صدق الله، إنما
أموالكم وأولادكم فتنة، رأيت هذين فلم أصبر”، ثم أخذ في الخطبة (رواه أبو
داود).
Ketiga,
dalam Hadis lain diceritakan, bahwa Rasulullah shalat, dan bila beliau
sujud maka Hasan dan Husein bermain menaiki belakang Rasulullah. Lalu,
jika ada sahabat-sahabat yang ingin melarang Hasan-Husein maka
Rasulullah memberi isyarat untuk membiarkannya, dan apabila setelah
selesai shalat rasulullah memangku kedua cucunya itu. (HR: Ibnu
Khuzaimah)
وفي
حديث آخر: كان الرسول صلى الله عليه وسلم يصلي، فإذا سجد وثب الحسن
والحسين على ظهره، فإذا منعوهما أشار إليهم أن دعوهما، فلما قضى الصلاة
وضعهما في حجره (رواه ابن خزيمة في صحيحه).
Keempat,
Abu Qatadah ra mengatakan: “Saya melihat Rasulullah saw memikul cucu
perempuannya yang bernama Umamah putrinya Zainab di pundaknya, apabila
beliau shalat maka pada saat rukuk Rasulullah meletakkan Umamah di
lantai dan apabila sudah kembali berdiri dari sujud maka Rasulullah
kembali memikul Umamah.” (HR. Bukhari & Muslim)
وقال
أبو قتادة رضي الله عنه: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وأمامة بنت
العاص -ابنة زينب بنت الرسول صلى الله عليه وسلم- على عاتقه، فإذا ركع
وضعها وإذا رفع من السجود أعادها (رواه البخاري ومسلم).
Kelima,
pada Riwayat Lain Dari Abu Qatadah, mengatakan “……… pada saat rukuk
Rasulullah meletakkan Umamah di lantai dan apabila sudah kembali berdiri
dari sujud maka Rasulullah kembali memikul Umamah. Dan Rasulullah terus
melakukan hal itu pada setiap rakaatnya sampai beliu selesai shalat.”
(HR:Nasa’i)
وفي
رواية أخرى عن أبي قتادة رضي الله عنه قال: بينما نحن جلوس في المسجد إذ
خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم يحمل أمامة بنت أبي العاص بن
الربيع -وأمها زينب بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم- وهي صبية يحملها،
فصلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي على عاتقه يضعها إذا ركع ويعيدها
إذا قام، حتى قضى صلاته يفعل ذلك بها (رواه النسائي).
Keenam,
dalam hadis yang lain Rasulullah berkata, “Kalau sedang shalat,
terkadang saya ingin shalatnya agak panjangan, tapi kalau sudah
mendengarkan tangis anak kecil -yang dibawa ibunya ke masjid- maka
sayapun menyingkat shalat saya, karena saya tau betapa ibunya tidak enak
hati dengan tangisan anaknya itu.” (HR: Bukhari Dan Muslim)
وفي
حديث آخر: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “إني لأدخل في الصلاة وأنا
أريد إطالتها فأسمع بكاء الصبي فأتجوّز في صلاتي مما أعلم من شدة وجد أمه
من بكائه” (رواه البخاري ومسلم).
Ketujuh,
Anas meriwayatkan, “Pernah Rasulullah shalat, lalu beliau mendengar
tangis bayi yang dibawa serta ibunya shalat ke masjid, maka Rasulullah
pun mempersingkat shalatnya dengan hanya membaca surat ringan atau surat
pendek. (HR: Muslim)
وفي
رواية أخرى: قال أنس رضي الله عنه: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يسمع
بكاء الصبي مع أمه وهو في الصلاة فيقرأ بالسورة الخفيفة أو بالسورة
القصيرة (رواه مسلم).
Kedelapan,
pada hadis lain diriwayatkan bahwa Nabi memendekkan bacaannya pada saat
shalat Subuh (dimana biasanya selalu panjang), lalu sahabat bertanya:
“Ya Raslullah kenapa shalatnya singkat, enggak biasanya? Rasulullah
menjawab, “saya mendengar suara tangis bayi, saya kira ibunya ikutan
shalat bersama kita, saya kasihan dengan ibunya.” (HR: Ahmad)
وفي
حديث آخر أن النبي صلى الله عليه وسلم: جوّز ذات يوم في الفجر -أي خفف-
فقيل: يا رسول الله، لم جوزت؟! قال: “سمعت بكاء صبي فظننت أن أمه معنا تصلي
فأردت أن أفرغ له أمه” (رواه أحمد بإسناد صحيح).
Sembilan,
Sahabat Nabi Yang Bernama Rabi’ menceritakan bahwa pada suatu pagi hari
Asyura Rasululah mengirim pesan ke kampung-kampung sekitar kota
Madinah, yang bunyinya “Barang siapa yang sudah memulai puasa dari pagi
tadi maka silahkan untuk menyelesaikan puasanya, dan bagi yang tidak
puasa juga silahkan terus berbuka”. Sejak saat itu kami senantiasa
terus berpuasa pada hari Asyura, begitu juga anak-anak kecil kami banyak
yang ikutan berpuasa dengan kehendak Allah, dan kami pun ke masjid
bersama anak-anak. Di masjid kami menyiapkan mainan khusus buat
anak-anak yang terbuat dari wool. Kalau ada dari anak-anak itu yang
tidak kuat berpuasa dan menangis minta makan maka kamipun memberi
makanan bukaan untuknya”. (HR. Muslim)
وعن
الربيع بنت معوذ رضي الله عنها قالت: أرسل رسول الله صلى الله عليه وسلم
غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار التي حول المدينة: “من كان أصبح صائماً فليتم
صومه، ومن كان أصبح مفطراً فليتم بقية يومه” فكنا بعد ذلك نصومه ونصوم
صبياننا الصغار منهم إن شاء الله، ونذهب إلى المسجد فنجعل لهم اللعبة من
العهن، فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناها إياه عند الإفطار (رواه مسلم)،
Demikianlah
betapa Rasulullah dan para Sahabat memanjakan anak-anak di masjid meski
lumayan seru karena yang namanya anak-anak pasti akan menimbulkan
berbagai gangguan keributan dan tangisan yang menyebabkan shalat atau
ibadah jadi terganggu.
Namun,
ada saja oknum pengurus masjid yang tetap ngotot ingin mengusir
anak-anak dan menjauhkan mereka dari masjid dengan berdalil kepada hadis
lemah yang berbunyi:
“Jauhkan masjid Anda dari anak-anak dan orang gila.”
“جنبوا مساجدكم صبيانكم ومجانينكم”
“Hadis
diatas lemah dan tidak jelas asalnya dari mana, sehingga tidak bisa
dijadikan dalil”. Begitu kata para ulama Hadis, seperti Al-Bazzar dan
Abdul Haq Al-Asybili. Sebagaimana Ahli Hadis Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar
dan Ibnu Al-Jauzi dan Al-Munziri dan Haitsami dan ulama-ulama lain juga
melemahkan hadis tersebut. Banyak kalangan awam yang mengira bahwa hadis
tersebut benar diriwayatkan dari Rasulullah sehingga membuat mereka
senang benar mengusir anak-anak dari masjid dan sangat tidak suka kalau
melihat anak-anak bermain di masjid. Ini adalah sikap dan tindakan yang
sangat salah dan tidak benar.
Yang
benar adalah Islam sangat peduli dengan anak-anak, dan memerintahkan
para ayah dan orang tua kerabat yang bertanggungjawab pada anak-anak
untuk menyuruh anak-anaknya shalat sejak umur 7 tahun. Dan tempat yang
benar dalam mengajarkan anak-anak shalat dan membaca Al-Quran dan
hukum-hukum tajwid dan materi-materi keislaman lainnya, adalah Masjid.
Seperti
itu petunjuk dan pedoman yang diajarkan Rasulullah pada ummatnya
terkait interaksi kita kepada anak-anak di masjid. Sehingga siapapun
tidak boleh mengusir anak-anak dari masjid, sebab mereka adalah
pemuda-pemuda harapan masa depan.
Allah
memerintahkan kita agar meneladani Rasulullah pada segala hal, baik
terkait urusan dunia maupun akhirat, sehingga sudah selayaknyalah kita
mengikuti dan meladani Rasulullah dalam membiasakan anak-anak kita untuk
mendatangi masjid dan bermain di masjid, serta tidak membiarkan mereka
ngumpul-ngumpul tidak jelas di ujung gang atau jalan yang hanya akan
menyebabkan akhlak mereka menjadi buruk karena pengaruh lingkungan dan
teman-teman mereka yang tidak sehat.
Dan
andainya pun sebahagian anak-anak yang datang ke masjid sering menjadi
gangguan bagi orang-orang yang sedang shalat, baik karena suara tangisan
mereka, jeritan dan lengkingan suara, namun jamaah masjid tidak boleh
meresponnya dengan kasar atau memarah-marahi anak-anak tersebut atau
orang tua anak-anak, yang hanya akan menambah-menambah keributan baru
saja. Serahkan hal itu kepada para pengurus masjid atau remaja masjid
untuk menyelesaikan masalah anak-anak tersebut dengan bijak dan baik
seperti metode yang dilakukan oleh Rasulullah.
Dan yang perlu diingat dan dicatat dan diamalkan adalah sikap lemah lembut dalam menyelesaikan masalah anak-anak di masjid.
Rasulullah
pernah bersabda, “Segalanya sesuatu yang dibarengi dengan kelembutan
niscaya akan membuatnya menjadi lebih cantik dan indah. Jika kelembutan
terenggut, segalannya akan menjadi rusak dan jelek.” (HR: Muslim)
“إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه ولا ينزع من شيء إلا شانه” (رواه مسلم).
Rasulullah
adalah teladan terbaik bagi kita. Pernah terjadi seorang Arab Badui
masuk ke dapam Masjid Nabawi, lalu Si Badui buang air kecil di dalam
masjid itu. Melihat si badui pipis di masjid maka para sahabat nabi
marah. Menanggapi hal ini Nabi pun menyelesaikannya dengan bijak dan
lembut dan berkata, “Biarkanlah badui itu, nanti jika pipisnya sudah
selesai mohon cuci dan siram kencingnya itu dengan air. Kalian -umat
islam- ini diutus bukan untuk bikin repot, melainkan untuk
mempermudah.” (HR: Bukhari & Muslim)
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال: قام أعرابي فبال في المسجد!! فتناوله الناس،
فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم: “دعوه، وهريقوا على بوله سجلاً من ماء
أو ذنوباً من ماء فإنما بعثتم ميسرين ولم تبعثوا معسرين” (رواه البخاري
ومسلم).
Islam
melarang mengusir anak-anak keluar masjid. Islam justru mewajibkan
umatnya membiasakan anak-anak datang ke masjid untuk belajar shalat,
belajar membaca Al-Quran, belajar tajwid dan belajar hukum syariat
lainnya.*/Syafruddin Ramly, email:syafruddinramly@yahoo.com.au